Rabu, 13 Juni 2012

Total Footbal dan tiki taka

Sebenarnya apa dan bagaimanakah tiki-taka itu? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tiki-taka adalah modifikasi dan pengembangan lebih lanjut dari filosofi sepakbola total football yang revolusioner. Semenjak era Johan Cruyff, total football memang menjadi filosofi permainan yang diusung oleh FC Barcelona, yang kemudian dimodifikasi oleh Pep Guardiola menjadi permainan tiki-taka (yang sebelumnya pernah juga diterapkan oleh pelatih timnas Spanyol, Luis Aragones pada Piala Dunia 2006, namun gagal). Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan tiki-taka, maka kita harus terlebih dahulu tahu apa dan bagaimana total football itu karena total football adalah filosofi dasar dari permainan tiki-taka.



Total Football adalah suatu filosofi permainan yang revolusioner, yang membawa banyak perubahan, baik dari segi taktik maupun permainan pada era-era setelahnya. Filosofi ini pertama kali dikembangkan oleh Rinus Michel, pelatih berkebangsaan Belanda sewaktu melatih Ajax Amsterdam dengan membuat Ajax menjuarai Piala Champions 1971 dan membuat rekor kemenangan kandang 46-0-0 selama dua musim berturut-turut (1971/1972-1972/1973).



Filosofi dari total football adalah memberi kebebasan kepada pemain sehingga tidak ada pemain yang memiliki posisi tetap, yang memungkinkan pemain untuk keluar dari posisinya dan kemudian digantikan oleh pemain lain untuk menutup posisi yang ditinggalkan pemain tersebut. Penyerang dapat menjadi pemain bertahan dan pemain bertahan dapat menjadi penyerang sesuai dengan kondisi dan keadaan di lapangan. Satu-satunya pemain yang tidak berpindah posisi hanyalah penjaga gawang.



Total football ini sendiri merupakan pengejewantahan dari “psyche'' paling dasar warga Belanda dalam memahami kehidupan, demikian menurut David Winner-seorang penulis Inggris. Di dalam alam pikiran orang Belanda, luas atau sempitnya suatu ruangan hanya merupakan abstraksi yang terdapat di pikiran seseorang. Jadi, luas atau sempitnya suatu ruangan tergantung dari bagaimana kita memikirkannya. Misalnya, begitu pemain Belanda menguasai bola, maka mereka akan membuat lapangan menjadi seluas mungkin dengan cara membuka ruang ke setiap jengkal lapangan yang tersedia. Sewaktu lawan menguasai bola, ruang harus dibuat sesempit mungkin bagi pemain lawan. Pemain yang terdekat dengan pemain lawan yang menguasai bola dituntut untuk menutupnya secepat mungkin, tidak peduli apakah itu pemain bertahan atau bukan sehingga lawan jadi berpikir bahwa lapangan begitu sempit.



Menurut Winner, bangsa Belanda terkondisikan untuk menjadi bangsa yang spatial neurotic atau terobsesi dengan ruang atau pemanfaatannya. Hal ini disebabkan kondisi dari alam Belanda itu sendiri, di mana 50% tanahnya berada di bawah permukaan laut sehingga bangsa Belanda harus melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah tersebut, seperti melakukan reklamasi ataupun penataan kota yang diatur sedemikian rupa. Dengan demikian keterbatasan lahan tidak menjadi masalah.



Filosofi total football yang memanfaatkan ruang tersebut juga diadopsi oleh permainan tiki-taka. Lihat saja ketika Barcelona atau timnas Spanyol bermain. Para pemain bertahan. Mereka bisa berada di dalam daerah musuh (tengah lapangan) untuk membuat gerak pemain lawan menjadi terbatas, seolah-olah mereka seperti bertahan di daerah pertahanan lawan. Perbedaannya, tiki-taka sangat didominasi oleh umpan-umpan pendek, umpan satu-dua, dan penguasaan bola. Dibutuhkan kekompakan yang luar biasa dan kemampuan melakukan passing yang mumpuni agar tiki-taka bisa berjalan optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar