Senin, 01 November 2010

Surat Undangan

UNIVERSITAS GUNADARMA

Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424



Jakarta, 22 Maret 2010

No : 01/100.22/UG/VII/2010
Perihal : Undangan Rapat
Lamp : -

Kepada Yth.

Seluruh Dosen S1 FE Akuntansi

Dengan hormat,

Dalam rangka mengadakan acara seminar nasional yang akan di adakan di Universitas Gunadarma yang menyangkut dengan tema "AKUNTANSI".

Maka dengan ini perkenankanlah kami mengundang seluruh dosen S1 FE Jurusan Akuntansi guna mengikuti rapat untuk membahas mengenai acara seminar nasional dengan tema sebagaimana tersebut pada pokok surat undangan yang rencananya akan kami selenggarakan pada :

Hari / Tanggal : Rabu, 28 April 2010

Tempat : Auditorium UG gedung 4 lt. 6 Depok

Waktu : Pukul 09.00 WIB

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian serta kehadiran Bapak dan Ibu pada acara dimaksud, kami sampaikan ucapan terima kasih.

Hormat kami,

Setyo Priono



Ketua Panitia

Bahasa Indonesia dalam tataran Ilmiah, Non-Ilmiah, Semi Ilmiah

TULISAN ILMIAH


Tulisan ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis dan logis. Tulisan ilmiah umumnya berisikan masalah-masalah yang objektif yang dipadukan dengan kecermatan penalaran dan bahasa. Dalam karya tulis ilmiah digunakan ragam bahasa formal atau terpelajar bukan bahasa informal atau pergaulan. Ragam bahasa ilmiah umumnya mengikuti gagasan penulis dalam suatu bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ilmiah juga dapat membedakan gagasan atau pokok pikiran yang memang berbeda dan mempunyai struktur yang baku dan cermat, sehingga gagasan dapat dengan mudah dimengerti ataupun diterima oleh pembaca.

contoh :
Banjir semalam ternyata bukan hanya melumpuhkan Jakarta, tapi juga memakan korban jiwa. Seorang mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) meninggal dunia setelah terseret arus banjir di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin malam, 25 Oktober 2010.

Korban yang diidentifikasi bernama Dian Nur Aprianti, ditemukan tim SAR Polsek Cilandak di gorong-gorong di kawasan Jalan Haji Naim III, Cilandak, Jakarta Selatan, dalam keadaan tak bernyawa.

Petaka yang menimpa warga Jalan Damai RT 3 RW 5, Pejaten Timur, Jakarta Selatan itu terjadi saat banjir menggenangi kawasan Cipete. Motor yang dikendarai Dian dan adiknya terhenti di depan Pasar Inpres Cipete, karena terhambat banjir. Dian kemudian turun dari motor untuk berjalan kaki. Malang tak dapat ditolak, karena tidak dapat melihat dasar jalan, ia terperosok ke dalam gorong-gorong dan hilang seketika terseret arus air.

Menurut anggota Tim SAR bernama Satria, jasad Dian ditemukan di bantaran Kali Krukut, tersangkut di antara pohon pisang. Pencarian dilakukan sejak semalam, tapi dihentikan pada pukul 00.00 WIB. Baru pagi ini jasad Dian ditemukan.

"Pencarian dimulai jam 06.00 WIB, akhirnya korban bisa ditemukan. Kini masih menunggu ambulans untuk dibawa ke rumah sakit," ujar Satria, Selasa, 26 Oktober 2010.

Sementara itu, ayah Dian, Burhanudin, yang berada di lokasi korban ditemukan terlihat pasrah dan tak dapat berbuat banyak. Ia hanya bersyukur jasad putrinya bisa ditemukan. "Keluarga hanya pasrah, kami tidak menyangka kejadian ini," ujarnya.

Hujan deras yang mengguyur sejak kemarin sore membuat Jakarta lumpuh. Lalu-lintas di jalan-jalan protokol, arteri, dan jalan alternatif total lumpuh.
Hingga pagi ini, masih ada pemukiman warga yang tergenang banjir akibat luapan air sungai. (sumber :vivanews.com)




SEMI ILMIAH


Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang. Karena pada mulanya komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi dari Walt Disney maka saat itu para penggemar komik Jepang adalah anak-anak. Namun pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak laki-laki yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang hanyalah komik saja, belum ada anime (sebutan untuk film animasi di Jepang) dan tentu saja belum ada game komputer. Sepuluh tahun kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, Manga Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968) dan Big Comic (1967). Pembaca komik yang usianya kurang lebih sembilan tahun pada tahun 1959, maka pada saat itu (tahun 1967) mereka telah berumur kurang lebih delapan belas tahun dan telah masuk masa remaja sehingga mereka mau membaca komik yang cocok dengan usia dan selera mereka



NON ILMIAH

Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis

contoh karya tulis non-ilmiah yaitu cerpen, puisi, novel, komik dll.

Berbahasa Indonesia secara baik dan benar

Berbahasa Indonesia secara baik dan benar adalah sesuai dengan sasaran kepada siapa bahasa tersebut disampaikan dengan unsur (umur, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita) dan dari aspek kaidah, yaitu peraturan bahasa (tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan). Masih banyak orang yang menyamakan pengertian bahasa baku dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang dipergunakan di dalam situasi tidak resmi pun dianggap sebagai bahasa baku. Makna baku tampaknya tidak dipahami secara benar, apalagi makna bahasa baku. Hal ini disebabkan oleh keengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku itu di dalam kamus Umum atau Kamus Istilah Linguistik, baik dari bahasa Indonesia maupun dari bahasa Asing, terutama dalam bahasa Inggris.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan:

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga; standar).

baku II

saling (1976 : 79).

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga ada dijelaskan.

baku I

(1) pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;

baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

baku I

(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.

baku II

(Manado), saling (1996 : 114)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar.

Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Oleh karena itu, istilah bahasa baku itu akan dijelaskan lagi secara luas di bawah ini. Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas (A Standard language can tentatively be definite as a codified form of language accepted by and serving as a model for a large speech community) (Garvin, 1967 dalam Purba, 1996 : 52).

Pengertian bahasa baku di atas diikuti dan diacu oleh pakar bahasa dan pengajaran bahasa baik di barat maupun di Indonesia. Di dalam Dictionary Language and Linguistics, Hartman dan Strok berpengertian bahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungi dan yang sering didasarkan bahasa orang-orang yang berpendidikan di dalam atau di sekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakat bahasa (Standard language is the socially favourite variaty of a langauage, often based on the speech of educated population in and a round the cultural

and or political cntre of the speech community) (1972 : 218). Di dalam Sociolinguistics A Critical Survey of Theory and Application, Dittmar berpengertian bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa dari suatu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihak-pihak dominan di dalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik (The standard is that speech variety of a language community which is legitimized as a the obligatory norm form social intercourse on the strength of the interest of dominant forces in that social. The act of legitimized a norm is effected by means of value judgement which have

sociopolitical motivation) (1976 : 8).

Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku. Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku. Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam

situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu. Ketiga aspek yang terdapat di dalam konsep bahasa baku itu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan atau dipakai sebagai model, berkesatuan utuh dan saling berkait, baik dalam menentukan kode bahasa maupun kode pemakaian bahasa baku. Hal ini akan dirinci pada pembahasan ciri-ciri dan fungsi bahasa baku dan pemakaian bahasa baku.


Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. (GorysKeraf, 1997 : 4). Pada saa kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Sehingga kita sering mendengarkan istilah“ BahasaKomunikatif”.

Misalnya: Kata Makro hanya dapat dipahami oleh golongan masyarakat tertentu, Besar atau luas mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.