Rabu, 03 Maret 2010

Semakin Besar Perubahan Semakin Tinggi Resiko Teknologi Informasi

Tidak dapat dipungkiri organisasi dan manajemen modern seperti perusahaan bisnis sangat tergantung pada sistem komputer .

Apalagi dalam pengelolaan data yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan perusahaan itu.

Perusahaan-perusahaan menginginkan datanya terkomputerisasi,rapi, gampang diakses di manapun dan kapanpun.

Ditambah lagi, perusahaan menginginkan aplikasi intelijen yang dapat menganalisa data guna mengetahui maju tidaknya perkembangan bisnis dari waktu ke waktu.

Keinginan-keinginan tersebut tidak akan berjalan dengan baik, jika perusahaan itu salah dalam mengambil keputusan dalam mengimplementasi tools TI untuk kepentingan bisnisnya.

Seperti pengimplementasian aplikasi yang berberda platform di setiap lini, beresiko sulit untuk diintegrasikan, apalagi untuk menganalisasi baik buruknya perjalanan bisnis perusahaan dalam waktu cepat.

Begitu juga sistem yang tidak terjamin securitynya sehingga gampang dibobol pihak yang tidak bertanggungjawab.

Dalam mengembangkan sistem data yang berbeda platform dan tidak terjamin securitynya bisa saja memberikan dampak negatif kepada perusahaan tersebut.

Hal ini dapat terjadi karena penurunan performa sistem bahkan lebih parah sistem bisa down yang menyebabkan bisnis bisa berhenti dikarenakan terjadinya down saat diperlukan.

Bayangkan kalau terjadi pada perusahaan yang melayani publik seperti perbankan, penerbangan dan lainnya. Betapa banyak yang dirugikan.

Berhentinya jalan bisnis karena downnya sistem ini, adalah salah satu resiko yang dialami perusahaan.

Bahkan 80 persen pebisnis di Asia Pasifik percaya bahwa resiko dalam teknologi informasi itu akan meningkat dalam 3 tahun mendatang.

Masalah tersebut terungkap dalam hasil survey yang dilakukan Economist Intelligence Unit (EIU) kepada profesional TI di 20 negara yang respondennya menyebar di Amerika, eropa, Timur Tengah dan Asia Pasific.

Survey ini juga mengungkapkan, sumber terbesar dari resiko TI itu adalah besarnya perubahaan, meningkatnya kompleksitas sistem dan gangguan atau serangan terhadap keamanan yang dilakukan oleh hacker.

Hasil survey tersebut dijelaskan Darryl Dickens, Head of Marketing, HP Software Asia Pasifik dan Jepang di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Darryl, kemampuan melakukan prediksi yang tepat nampaknya menjadi masalah utama bagi banyak pelaku IT di perusahaan – perusahaan.

Hal ini tidak lain dikarenakan saklaknya pertimbangan antara resiko bisnis dan implementasi TI untuk kepentingan jalannya bisnis perusahaan tersebut.

“Maka kelemahan dalam melakukan prediksi yang tepat untuk pengimplementasian IT bermakna lemahnya kemampuan melakukan prediksi terhadap bisnis,” demikian kesimpulan Clint Witchalls, Senior Editor, EIU, ketika mengumumkan hasil surveynya seperti yang dikutip Darryl. @maifil

sumber

Ruang lingkup proyek

Work Breakdown Structure (WBS)

WBS adalah proses hierarkis yang membagi pekerjaan proyek menjadi elemen-elemen pekerjaan yang lebih kecil.Penggunaan WBS membantu meyakinkan manajer proyek bahwa semua produk dan elemen pekerjaan yang telah diidentifikasi dan WBS digunakan sebagai basis pengendalian.


contoh wbs.jpg

* Organizational Breakdown Structure (OBS)

OBS adalah proses hierarkis yang melukiskan bagaiamana perusahaan diorganisasi untuk menentukan tanggung jawab kerja.Tujuan OBS adalah menyediakan suatu kerangka untuk meringkas kerja unit organisasi, mengidentifikasi unit organisasi yang bertanggung jawab untuk paket kerja, dan mengikat unit organisasi kepada akun pengendalian biaya.

contoh obs.jpg


* Responsibility Assignment Matriks (RAM)

RAM merupakan matrik yang menggambarkan hubungan antara WBS dan OBS.Dalam RAM setiap unit organisasi dalam OBS ditugaskan kepada tiap aktivitas yang terdapat dalam WBS.


contoh ram.jpg


sumber : http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=25:industri&id=230:ruang-lingkup-proyek&option=com_content&Itemid=15